Hari ini hari ketiga setelah kejadian itu....aku mencoba menuliskan ini dalam rangka mengembalikan serpih-serpih ingatan-ingatanku yang sempat hilang...
Rabu 16 Februari 2022 pagi aku, istri dan putri bungsuku naik motor dengan tujuan Bank Syariah Indonesia (BSI) di Jalan Margonda Depok.
Aktivitas ku sejak pagi bangun tidur hari itu sempat benar-benar hilang dari ingatanku. Meski hilangnya ingatan ini karena kecelakaan siang itu, namun memoriku terhapus ke belakang sampai 2-3 hari sebelumnya. Sampai hari kedua sejak peristiwa atau 17 Februari 2022 aku mulai mencoba menyusun serpihan ingatan-ingatan itu dan merekonsruksikan kembali.
Alhamdulillah perjalanan pagi itu mulai kuingat lagi secara lebih detail. Bagaimana aku keluar gerbang kompleks perumahan aku memperlambat motor demi memberi jalan mobil masuk yang ternyata itu mobil Om Kris (bendahara RT 02). Kemudian juga saat melewati bundaran depan kantor PLN GDC, aku sempat memberi kesempatan kepada mobil dari lawan arah sebelum aku memotong jalan belok ke kanan. Bahkan sampai keluar GDC, masuk jalan Kartini, hingga lewat tugu jam ujung selatan Jalan Margonda.
Sampai di sini ingatanku hilang, tidak bisa mengingat lagi apa yang aku alami dan aku lakukan. Sebenarnya bukan dari sini awal fenomena ini. Namun, kejadian setelah bermaksud pulang dari BSI itulah, konon menurut cerita orang di sekelilingku, di Tugu Jam ujung selatan Jalan Margonda Depok itu terlibat kecelakaan lalu lintas.
Tetapi kira-kira akibat terjatuh itulah kepalaku terbentur aspal. Meski sudah pakai helm standar, tetapi tidak terkunci talinya, karena memang sudah cukup erat tanpa ditali. Tidak tahu apakah saat membentur aspal tersebut helm terlepas atau tidak. Namun yang jelas sekarang kalau aku raba kepala depan sisi kanan memang luka, meski tidak seberapa.
Ini semua berdasarkan cerita orang lain, karena pada detik inilah rupanya memori atau ingatanku mulai hilang. Termasuk menghapus kejadian-kejadian sebelumnya sampai 2-3 hari ke belakang. Aku tidak pingsan, namun aku merasa tidak di lokasi kejadian. Semua hanya samar-samar. Melayang-layang tidak menapak tanah. Aku tidak pernah merasa melakukan sesuatu, tapi menurut orang-orang di sekelilingku aku melakukan aktivitas. Konon aku langsung bangun dari posisi terjatuh. Saat aku mau dicarikan mobil aku bilang masih kuat, dan aku tetap mengendarai motor memboncengkan istri dan anak menuju klinik Bhakti Jaya di Jalan Kartini. Sama istri aku disuruh mengikuti motor seorang bapak yang belakangan aku ketahui katanya yang menyebabkan aku terjatuh dan beliau mau bertanggungjawab.
Aneh sekali, peristiwa ini aku tidak ingat sama sekali. Menjalankan motor di jalan Kartini Depok di siang bolong yang ramai tapi tidak merasa melakukannya. Alhasil konon ceritanya, aku berhasil membawa motor bersama penumpangnya sampai klinik Bhakti Jaya yang berada di barat jalan (artinya juga sempat putar balik). Heran saya, kok bisa saya menjalankon motor di jalan yang padat seperti itu tanpa kesadaran penuh.
Setelah sampai di klinik Bhakti Jaya itulah masa-masa kritis dimulai. Konon katanya aku mulai lupa dengan semua kejadian. Aku bertanya, kok bisa sampai di sini memang kenapa? Setelah dijawab karena kecelakaan, aku terus menimpali dengan pertanyaan lanjutan, jatuhnya bagaimana, bersama siapa? Dan seterusnya...tekanan darah saya katanya sampai 175/...
Melihat situasi ini dokter yang memberi pertolongan di klinik Bhakti Jaya konon menyarankan untuk dirujuk ke dokter syaraf atau rumah sakit yang lebih besar. Akhirnya istri meminta pertolongan teman kantornya untuk membawaku ke RS Hermina dengan mobilnya.
Sesampai di RS Hermina masuk instalasi gawat darurat harus antri, karena tidak ada bed. Aku diminta duduk di kursi roda tapi aku menolak dengan alasan masih kuat. Sekali lagi ini semua ini cerita istri dan orang-orang di sekeliligku pada siang dan sore itu.
Sepanjang dari klinik Bhakti Jaya sampai di RS Hermina aku selalu menanyakan hal yang berulang-ulang dan rasanya ini pasti sangat menjengkelkan orang yang ditanya. Karena dalam waktu 5 menit pertanayaan yang sama bisa ditanyakan 25 kali!
Situasi ini mirip dengan kondisi almarhum ayah kandungku di 5 tahun akhir hayatnya.Tapi beliau karena usia tua. Beliau seringkali bertanya ke ibuku hal yang sama berkali-kali setiap saat. Ibuku seringkali jengkel dengan kejadian itu. Selain itu bapakku juga lupa dengan kejadian-kejadian yang baru terjadi. Ingatnya adalah kejadian masa lalu yang sudah terjadi puluhan tahun sebelumnya. Bahkan aku pernah dilupakan sebagai anak ketiganya. Aku dianggapnya sebagai teman bermainnya waktu masih muda di Sragen Jawa Tengah.
Kembali ke peristiwaku 16 Februari 2022 lalu, Aku sempat bertanya kemana dan di mana anak keduaku? Setelah dijawab di Kediri Jawa Timur, aku terus bertanya kapan berangkat? Aku ngantar atau tidak? Aku rupanya lupa dengan anak kedua ku. Dalam kepanikan itu istriku mencari bantuan ke sana kemari. Ngurus surat ke kepolisian, ngurus motor, mencari mobil untuk dari klinik ke rumah sakit, sampai pulang ke rumah.
Drama itu dimulai kira-kira pukul 11.30 siang (sebelum dluhur) sampai pukul 21.00. Setelah diperbolehkan pulang aku diantar mobil teman kantor istri. Sampai rumah kurang lebih pukul 20.30
17 Februari 2022 pagi aku bangun dengan situasi dan perasaan yang aneh. Tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Tetapi seperti baru menapak tanah kembali, setelah melayang-layang entah di mana. Masih belum jelas benar dengan kejadian sebelumnya. Tapi rasanya sudah benar-benar menapak tanah.
Selama tindakan di RS Hermina tidak ada rekaman ingatan sama sekali. Saya tidak bisa menggambarkan wajah dokter dan tim medis yang menangani saya. Tidak tahu juga ditangani seperti apa selama di RS itu. Proses CT Scan apalagi....
Aku berupaya menyusun serpih-serpih ingatan yang hilang. Ingatan pertama yang muncul adalah kejadian semalam, setelah aku sampai rumah. Ada tetangga samping rumah yang datang dan teman kakaku sempat datang malam itu. Aku sempat ngobrol-ngobrol. Peristiwa ini yang aku ingat pertama pagi itu, meski sebenarnya juga tidak jelas benar. Aku masih banyak lupa, ngobrolin apa malam itu.
Mungkin ini fenomena yang sering terjadi akibat benturan kepala dalam suatu peristiwa kecelakaan dan ada penjelasannya medis dalam dunia kedokteran. Tapi aku tidak tahu...
Konon katanya aku tidak pingsan sepanjang siang dan sore itu, dan justru antusias merespons setiap pertanyaan dan mengajukan pertanyaan berulang-ulang kepada orang-orang di sekeliling. Bahkan sangat aktif bertanya dan mengulang-ulang setiap pertanyaan sampai puluhan kali. Ini tentu menjengkelkan orang yang diajak bicara yang ada di sekelilingku..
Alhamdulillah ingatanku mulai pulih sedikit-demi sedikit. Saya sudah bisa mulai mengingat peristiwa yang agak ekstrim beberapa hari sebelumnya. Lima hari sebelumnya aku sempat ketemu Dr. Suhendar dosen UNPAM di sekitar perempatan Gaplek Pamulang. Beberapa saat lalu saya sempat mengunjungi peternakan kawan saya di Cariu Jonggol.
Dari ingatan-ingatan besar itu aku mulai mengingat hal-hal yang aku lakukan pada hari-hari yang lebih dekat dengan kejadian. 14 Februari 2022 aku sempat mendampingi anak bungsuku sekolah online (karena kondisi pandemi Kota Depok naik lagi).
Hingga hari ini saya hanya belum bisa mengingat mulai kejadian sampai sore saya pulang ke rumah. Di lantai dasar RS Hermina saat saya duduk di kursi roda menunggu mobil yang mengantar pulag itu, saya mulai samar-samar ingat kalau saya berbicara dengan beberapa orang di sekeliling. Bapak yang mengaku bertanggungjawab atas terjadinya kecelakaan, kemudian anaknya, ada Kang Saprawi, ada Mas Rifan dari KPRCM (Komunitas Pemuda Remaja Cinta Masjid), ada istri dan anak, tapi saya tidak bisa merekam dan melihat semua wajah mereka.
Hanya ada sosok orang berdiri dan duduk secara samar-samar. Mas Lutfan yang menjadi sopir di mobil pengantar pulang juga terlihat samar-samar.
Sampai di rumah aku baru mulai melihat sekeliling dengan agak lebih jelas. Rasanya sudah menapak tanah lagi meski belum sempurna. Kang Saprawi dan Pak Daneth serta Oma (tetangga sebelah yang datang ke rumah) sudah mulai tergambar wajahnya, tapi tidak sempurna.
Bersama ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada istri dan anak bungsu saya yang setia dalam kepanikan mendampingi saya. Dokter dan tim medis di klinik Bhakti Jaya, tim medis di RS Hermina, Bapak beserta anaknya yang mengaku bertanggungjawab atas kejadian kecelakaan ini dan menunggui di rumah sakit sampai malam, saudara-saudara: Mas Maksum dan Mbak Rusi, yang meski sedang dalam tugas pemeriksaan di Sulawesi Selatan masih sempat mengutus Kang Saprawi dan mas Rifan (KPRCM) ke rumah sakit, Kang Saprawi yang telah mengantar ke rumah dan membantu memanaskan air. Mas Arif dan Mbak Nurul di Yogya. Adik-adik, In Amun, Udin dan Ami yang mendoakan dari jauh). Keluarga Klaten Adi dan Atik yang juga mendo'akan dari jauh. Kabag organisasi Pemkot Depok dan Bu Yani yang telah mengupayakan mengutus Mas Lutfan untuk mengantar ke sana kemari. Bapak yang melayani di satlantas Polres Depok, Kompol Ibnu Salim Prasojo beserta ibu, ketua RW saya. Segenap warga Azalea atas do’anya. Mamanya Arum yang sudah mengantar makanan pagi-pagi. Bu Rahma dan Bu Endah serta bu Kiki. Pak Joko (terima kasih larutan shodium chloride dan kassanya), Pak Daneth dan Oma terima kasih larutan alkohol pembersih yang merupakan ramuan sendiri. Mas Andi yang telah mengantar motor sampai ke rumah.
Semoga amal bapak/ ibu semua dibalas oleh Allah swt. Mohon dimaafkan kalau saya merepotkan...
Akhirnya saya mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt karena telah menyelamatkan saya berserta anak dan istri pada kejadian ini....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar